Panca Jiwa, Ruhnya Pesantren
KH Imam Zarkasyi merupakan salah satu Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Beliau berpandangan, hal paling fundamental dalam pesantren semata-mata bukanlah pelajarannya, melainkan jiwa atau ruhnya.
Maka dengan jiwa itulah, keberlangsungan hidup pesantren serta falsafah hidup para santrinya tetap terpelihara dan terarah. Panca Jiwa Pondok, yang terdiri atas jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri, jiwa Ukhuwah Islamiyah dan jiwa bebas adalah rumusan dan hasil ijtihad KH Imam Zarkasyi.
Panca Jiwa sendiri meliputi suasana kehidupan Pondok Pesantren yang nantinya dibawa santrinya sebagai bekal utama dalam berkehidupan di masyarakat.
Maka mayoritas Pondok alumni Gontor pun menjadikan panca jiwa sebagai jiwa pesantren yang didirikannya, termasuk Pondok Darul Hijrah (DH) Putri. Oleh karena itu, Panca Jiwa yang ada harus dipelihara dan dikembangkan sebaik-baiknya, selain empat motto pondok yang juga menjadi daya dukung pesantren.
Dan garis besar konsep pembaruan pendidikan pesantren yang telah dilakukan KH Imam Zarkasyi meliputi empat bidang, yaitu pembaruan sistem dan metode pendidikan, materi dan kurikulum, struktur dan manajemen, pola pikir dan kebebasan pendidikan.
Sumbangsih terbesar KH Imam Zarkasyi terhadap sejarah perkembangan pondok pesantren di Indonesia merupakan konseptualisasi sekaligus aplikasi dari sistem pendidikan model KMI (kulliyatul Mu’allimin al-islamiyah), dengan memadukan sistem pendidikan yang diimplementasikan di empat institusi pendidikan bereputasi dunia, saat belum pernah ada tokoh segenerasi beliau yang memikirkannya.
Dan empat institusi pendidikan itu adalah:
Pertama, Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, yang memiliki wakaf sangat luas, sehingga dapat memberikan beasiswa bagi ribuan pelajar dari berbagai belahan dunia untuk belajar di Universitas tersebut.
Kedua, Aligarh Muslim University di India, yang memiliki perhatian sangat besar terhadap perbaikan sistem pendidikan dan pengajaran serta merupakan simbol kebangkitan Islam, karena mengintegrasikan ilmu pengetahuan Islam dan sains.
Ketiga, Syanggit, di Mauritania. Lembaga pendidikan ini harum namanya berkat kedermawanan dan keikhlasan para pengasuhnya. Lembaga pendidikan Syanggit dikelola dengan jiwa keikhlasan, para pengasuh mendidik murid-murid siang-malam serta menanggung seluruh kebutuhan mereka.
Keempat, Santiniketan, di India, dengan segenap kesederhanaan, ketenangan dan kedamaiannya. Didirikan oleh Rabindranath Tagore, seorang filosof Hindu. Perguruan ini dikenal dengan kedamaiannya ini berlokasi di kawasan hutan, serba sederhana dan telah mampu mengajar dunia. (Widi)
Penulis : Nugroho Widi Susanto
Editor : Rakhmadi Kurniawan