Menghargai Nikmat dan Peluang Saat Ini
Dalam kehidupan yang penuh harapan dan impian untuk masa depan lebih baik, seringkali kita terjebak dalam perenungan akan apa yang akan datang, tanpa benar-benar menghargai dan memanfaatkan apa yang telah ada di hadapan kita.
Namun, peribahasa Arab yang bijaksana, “Telur hari ini lebih baik daripada ayam besok” (بَيْضَةُ الْيَوْمِ خَيْرٌ مِنْ دَجَاجَةِ الْغَدِ), memberikan kita pengingat yang berharga akan pentingnya menghargai dan memanfaatkan kesempatan yang ada di masa sekarang.
Dalam perspektif Islam, umat dianjurkan untuk bersyukur atas segala yang Allah berikan dan tidak terjebak dalam harapan dan impian belum pasti.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl ayat 18, “Jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” Oleh karena itu, menghargai dan memanfaatkan nikmat yang ada saat ini juga merupakan bentuk rasa syukur dan ketaatan kepada-Nya.
Secara harfiah, peribahasa tersebut menyatakan bahwa memperoleh sesuatu yang pasti dan tersedia di saat ini, meskipun mungkin tidak sebesar atau sebaik yang akan datang di masa depan, lebih berharga daripada hanya mengandalkan harapan dan keinginan belum pasti.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, peribahasa ini mengajarkan kita untuk menghargai apa yang kita miliki saat ini. Seringkali, kita terlalu terpaku pada rencana dan impian masa depan, sehingga kita melupakan nilai dan potensi apa pun yang ada di hadapan kita saat ini.
Peribahasa ini mengingatkan kita untuk hidup dalam keseimbangan antara merencanakan masa depan yang lebih baik dan menghargai apa yang telah kita miliki saat ini.
Bayangkan seseorang yang terus-menerus berusaha mencapai kesuksesan dalam karir. Mereka terus mencari pekerjaan yang lebih baik, mengabaikan peluang dan kepuasan yang bisa didapatkan dari pekerjaan yang mereka miliki saat ini.
Dalam hal ini, peribahasa tersebut mengingatkan mereka untuk menghargai dan memanfaatkan kesempatan saat ini daripada hanya mengandalkan harapan akan kesempatan yang lebih baik di masa depan.
Namun, peribahasa ini tidak bermakna kita harus puas dan berhenti bermimpi atau berencana untuk masa depan. Islam mengajarkan kita untuk tetap bermotivasi dan memiliki tujuan dalam mencapai impian kita.
Peribahasa ini mengingatkan kita untuk tidak melupakan dan mengabaikan nilai apa yang ada di hadapan kita saat ini. Dengan memanfaatkan peluang yang ada saat ini, kita dapat meraih kebahagiaan dan keberhasilan lebih besar.
Dalam kehidupan serba dinamis, peribahasa “Telur hari ini lebih baik daripada ayam besok” mengingatkan kita akan pentingnya menghargai dan memanfaatkan apa yang ada di hadapan kita saat ini. Dengan merencanakan masa depan yang lebih baik sambil tetap bersyukur dan memanfaatkan nikmat yang ada saat ini, kita dapat mencapai keseimbangan yang harmonis dalam hidup.
Dalam pandangan Islam, kita diajarkan untuk hidup dalam keseimbangan antara merencanakan masa depan yang baik dan menghargai nikmat yang ada saat ini. Seiring dengan itu, peribahasa ini mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam keserakahan dan ketidakpuasan yang dapat menghalangi kita untuk bersyukur dan menikmati apa yang telah Allah berikan.
Dalam peribahasa “Telur hari ini lebih baik daripada ayam besok” mengandung pesan yang kuat dan relevan dalam kehidupan kita yang serba cepat. Mari kita belajar untuk menghargai dan memanfaatkan kesempatan yang ada di hadapan kita saat ini, sambil tetap merencanakan masa depan lebih baik.
Dengan menjalani hidup dalam keseimbangan antara merencanakan dan mensyukuri, kita dapat menikmati kebahagiaan dan keberkahan yang melimpah dari Allah SWT. (Widi)
Penulis : Nugroho Widi Susanto.
Editor : Rakhmadi Kurniawan.